EKONOMI & BISNIS

Pencapaian SDGs Membutuhkan Pendekatan Baru dalam Investasi Sosial

Kota Bandung – Social Invesment Indonesia (SII) kembali menyelenggarakan Indonesia Social Investment Forum (ISIF), dengan mengambil tema sentral “Inovasi Sosial sebagai Kontributor Utama untuk Percepatan Pencapaian SDGs di Indonesia.” di hotel The Trans Luxury Bandung, Rabu (11/12/2024).

Tema Sustainable Development Goals (SDGs) atau Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB) ini dipilih mengingat sampai tahun 2030 Indonesia sudah berkomitmen untuk memfokuskan tujuan, perencanaan dan pelaksanaan pembangunannya, pada upaya pencapaian SDGs.

Sementara sampai dengan tahun 2024 ini, masih terdapat berbagai kesenjangan untuk pelaksanaan SDGs tersebut.

Staf Ahli Menteri Bidang Sosial dan Penanggulangan Kemiskinan Kementerian PPN/Bappenas, Pungkas Bahjuri Ali mengatakan, perlu kerja sama semua pihak termasuk pelaku usaha, organsiasi masyarakat, dan lembaga lainnya untuk menyukseskan program SDGs. Pemerintah Indonesia sendiri punya empat pilar yang coba dikuatkan, yaitu di bidang sosial, ekonomi, sosial, dan tata kelola.

“Jadi empat pilar ini harus saling bersinergi, ga mungkin enggak (sinergi). Jadi kita ingin pertumbuhan ekonomi tinggi, tapi ga boleh merusak lingkungan. Kita boleh ekonomi tinggi, tapi ga boleh meninggalkan mereka yang miskin, supaya kesenjangan tidak terlalu tinggi,” ujar Pungkas dalam kegiatan Indonesia Social Invesment Forum (ISIF), Rabu (11/12/2024).

Baca Juga :  Peluang dan Tantangan Indonesia di BRICS: Apa Selanjutnya?

Kepala Sekretariat Nasional SDGs ini menilai bahwa dalam menjalankan berbagai kegiatan termasuk oleh pelaku usaha harus ada keseimbangan. Memang tidak mudah, tapi ini penting sehingga kesejahteraan masyarakat itu bisa didapat dengan cara yang baik dan merata kepada seluruh masyarakat.

Perusahaan swasta pun sekarang sudah diminta untuk lebih dermawan dengan memberikan berbagai bantuan dalam banyak bentuk. Harapannya bantuan ini pun tidak hanya yang sekali diberi langsung selesai, tapi bisa berkelanjutan manfaatnya.

“Inovasi di industri itu bukan hanya yang dampaknya pada profit saja, tapi harus ada inovasi yang bisa jadi itu ‘membunuh’ yang kurang manfaatnya. Harus ada pendekatan baru yang hasilnya lebih bagus,” ungkapnya.

Sementara itu, Managing Director, Social Investment Indonesia (SII) Fajar Kurniawan mengatakan, selama ini banyak pelaku usaha yang bekerja sendiri dalam memberikan dampak sosial. Namun, baiknya pekerjaan itu tidak dilakukan sendiri, tapi harus berkolaborasi sehingga manfaatnya bisa dirasakan lebih bayak dan lebih panjang.

Dalam melakukan investasi sosial pelaku usaha tidak bisa melakukan dengan biasa. Perlu inovasi dan keberanian dalam mengambil keputusan bagaimana agar sebuah perusahaan tetap berjalan dan berdampingan dengan program-program dalam SDgs.

Baca Juga :  Daftar Bantuan Sosial Secara Online: Panduan Langkah demi Langkah cek yukk?

“Tantangannya saya kira banyak, tapi yang paling kita bisa kerjakan. Yang sekat-sekat itu kita coba hilangkan sehingga biasakan bekerja secara kolaboratif,” kata dia.

Chairperson of Advisory Board SII, Jalal menyebut bahwa
untuk mengejar ketertinggalan pencapaian SDGs, perlu upaya percepatan dan solusi yang efektif. Inovasi sosial memiliki potensi yang sangat besar sebagai alat fasilitasi untuk mempercepat pencapaian tersebut di Indonesia.
Inovasi sosial dalam konteks Sustainable Development Goals (SDGs) merujuk pada pendekatan kreatif dan kolaboratif untuk memecahkan masalah sosial, ekonomi, atau lingkungan guna mendukung pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan.

Ini mencakup ide, proses, produk, atau layanan baru yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan sosial yang belum terpenuhi secara efektif oleh solusi yang ada. Inovasi sosial relevan dengan tujuan-tujuan di dalam SDGs, seperti pengentasan kemiskinan, pendidikan berkualitas, peningkatan kesehatan, energi bersih, dan aksi iklim. inovasi sosial membantu mempercepat pencapaian tujuan-tujuan ini melalui solusi yang berpusat pada masyarakat dengan melibatkan masyarakat dalam menemukan solusi yang relevan dengan kebutuhan mereka.

Baca Juga :  UMSK 2025: Memahami Posisi Sektor Padat Karya di Tengah Kebijakan Baru

Kemudian, harus berkelanjutan dengan ,enawarkan solusi jangka panjang yang tidak hanya menyelesaikan masalah, tetapi juga mencegahnya;

“Kita juga harus inklusif, mengutamakan partisipasi kelompok rentan, seperti perempuan, anak-anak, dan komunitas marginal,” kata dia.

Prinsip dasar dari inovasi sosial dalam upaya untuk percepatan pencapaian SDGs, di antaranya adalah kolaborasi, dengan mempertemukan sektor publik, swasta, akademisi, dan masyarakat. Selain itu juga harus kreativitas, dengan menemukan cara baru yang belum diterapkan untuk menangani tantangan yang sudah ada; Skalabilitas yaitu solusi harus dapat diperluas untuk menjangkau lebih banyak orang.

“Dan efisiensi melalui penggunaan sumber daya secara optimal untuk menghasilkan dampak maksimal,” paparnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *